A. Latar
Belakang
Transformasi
pertanian menuju modernisasi ditandai oleh tahapan masyarakat industri
dengan ciri produktivitas tinggi,
efisien dalam penggunaan sumber
daya alam dan
teknologi, serta mampu berproduksi dengan
menghasilkan output yang
berkualitas dan bernilai tambah
tinggi. Dengan kata
lain, pertanian modern dapat menjadi
suatu wujud sistem
usaha tani dengan
spesialisasi produk yang sangat
beragam, penggunaan tradeable input makin
tinggi dan sudah mempraktekkan
sistem manajemen usaha tani lebih efisien. Dengan ciri-ciri
tersebut tuntutan diterapkannya suatu
sistem manajemen usaha pertanian
yang secara optimal
memanfaatkan sumber daya lokal
yang spesifik dan
berkelanjutan menjadi
keharusan. Dalam masa
reformasi pembangunan pertanian
di Indonesia disiapkan untuk
memasuki era modernisasi
dengan konsep pembangunan pertanian berwawasan agribisnis.
Pembangunan pertanian berwawasan
agrbisnis diletakkan sebagai bagian
pembangunan ekonomi dengan
suatu grand strategimembangun sistem
dan usaha pertanian
yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi.Ciri pembangunan ini tidak dapat dipisahkan dari keragaman
wilayah, ekosistem dan zona agro-ekologi yang memberikan kekayaan sistem dan
usaha tani yang spesifik dari satu wilayah ke wilayah lain. Keragaman
wilayah tersebut memberikan
ciri kemampuan wilayah spesifik
yang berbeda satu dengan yang lain( natural resource endowment). Sarana
prasarana, sistem budaya,
sistem sosial, dan kemampuan sumber daya manusia dalam
mengantisipasiperubahan dinamika
domestik dan global
pada akhirnya akan
muncul sebagai regional capacity
dari suatu peta
kemampuan ekonomi pertanian Indonesia. Sumber
daya lahan pertaniannya
terdiri dari berbagai ekosistem yang
memiliki ciri sangat
spesifik, yang tercipta
dari berbagai komponen alamiah,
dan buatan manusia,
termasuk di dalamnya sistem
budaya. Jika digambarkan
akan muncuk suatu mozaik
yang memetakan kemampuan
wilayah dan kinerja
ekonomi pertaniannya. Untuk wilayah
lahan berbasis irigasi,
petani dihadapkan pada lingkunganpertanian yang potensial untuk
berusaha padi dan tanaman pangan lain.
Sedangkan pada lahan
kering ekosistem ini
menuntun petani untuk mengembangkan
pertanian dengan basis
lahan kering.
B. Tujuan
·
Agar
mahasiswa dapat mengetahui apa itu Mekanisasi pertanian.
·
Agar
mahasiswa dapat menerapkan prnsip prinsip mekanisasi pertanian
ll TINJAUN PUSTAKA
2.1.
Tantangan dan Isu Pembangunan Pertanian
Kabinet Indonesia
Bersatu telah diumumkan
pada tanggal 20 Oktober
2004. Seharisesudah diumumkan
Menteri Koordinator Perekonomian
menyatakan bahwa fokus pembangunan ekonomi pada 5 tahun
mendatang ( 2004-2009)
adalah pembangunan pertanian. Alasan yang
dipakai sebagai dasar
adalah sektor pertanian merupakan sektor
yang menghidupi lebih
dari 50% tenaga
kerja di Indonesia, sumber
daya pertanian yang
dimiliki juga memberikan dukungan yang
besar. Namun demikian
beban sektor ini
memang sangat berat pada masa
masa reformasi ini, antara lain
disebutkan oleh Andreas Maryoto
( Kompas, 26
Okktober 2004) adalah;
(a) penyelundupan gula, (b)
konversi lahan, (c),
penyakit hewan, (d) membanjirnya produk
impor, dan (e)
bioteknologi. Pada akhir atrikelnya disebutkan perlunya
mekanisasi pertanian untuk menjawab tantangan pergeseran
minat angkatan muda
pada sektor pertanian, yang sebenarnya gejala ini sudah
sangat lama dikemukakan oleh para ahli
dan peminta mekanisasi
pertanian pada Seminar
Mekanisasi Pertanian Untuk Pembangunan Anton
Apriantono (2004) pada pidato
serah terima Menteri Pertanian menyebutkan
hal yang sama
dengan penekanana pada masalah (a) konversi lahan pertanian
dari pertanian ke non pertanian yang semakin
luas, (b) ancaman
produk impor dari
luar negeri, (c) Berkecamuknya wabah penyakit dan
OPT, hewan dan
ternak; (d) berkembangnya standar
mutu produk pertanian, (e)
Pemakaian dan pemanfaatan
bio teknologi, (e)
Konsep swa sembada pangan
yang mulai dipertanyakan pelaksanaan
dan mekanismenya, (f)
konflik kepentingan antar pusat dan daerah. Dari dua
hal tersebut, sebenarnya
sudah dapat diduga,
bahwa proses transformasi ditandai
dengan pergeseran struktur perekonomian yang semakin jelas,
yaitu menurunnya kontribusi relatif sektor
pertanian pada GDP,
dari lebih 50%
pada tahun 1970
an menjadi hanya sekitar
17% pada tahun
2003. Namun demikian
tidak diimbangi oleh menurunnya
kontribusi tenaga kerja
dari lebih 50% pada tahun 1970, menjadi sekitar 45% pada
tahun 2000. Ada indikasi ketimpangan struktural. Dari
keragaan pembangunan, keberhasilan
di sektor pertanian 1 Pidato Serah terima Menteri
Pertanian 20 Oktober 2004.
Laporan
Akhir 7 yang menonjol adalah
tercapainya swasembada beras
pada tahun 1984 dan semakin
mantapnya peningkatan produksi danproduktivitas beberapa komoditas
strategis lainnya yang
berasal dari komoditas palawija, hortikultura,
perkebunan, peternakan dan
perikanan. Keberhasilan ini telah
membawa dampak perbaikan
terhada pendapatan,
kesejahteraan petani dan
masyarakat pada umumnya, terciptanya kesempatan
kerja serta meningkatkan
ekspor non migas. Demikian pula
keberhasilan pembangunan sektor
pertanian telah membawa dampak
terhadap perubahan perilaku
petani yang mulai beralih
orientasi usahataninya, dari
usahatani subsisten ke
usahatani komersial, dan dari
usahatani tradisonal kearah
usahatani dengan teknologi yang
lebih moderen. Ringkasnya
selama PJP I sektor pertanian telah
memberikan peranan yang
sangat besar bagi perekonomian nasional. (Baharsyah,
1997). Namun demikian, pada masa 1997 - sekarang dan awal abad 21 ini sudah
terlihat beragam tantangan yang antara lain disebut oleh Menteri Pertanian yang
baru dan Andreas Maryoto diatas, yang harus dihadapi oleh
sektor pertanian, seperti
membanjirnya impor buah, produksi beras yang belum stabil,
degradasi sumber daya alam dan
lingkungan, melemahnya daya beli, kesenjangan produksi yang belum dapat teratasi
dengan baik dan
banyak lagi. Disamping
harus mempertahankan
keberhasilan yang sudah
dicapai dalam PJP I,
sektor ini bersama-sama dengan sektor
yang lain memasuki
suatu dunia persaingan yang semakin ketat, tajam dan pengaruhnya begitu
kuat terhadap kinerja nasional Hal
hal tersebut menambah
penekanan bahwa sektor
pertanian perlu dibangun menjadi
sektor yang modern.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa
sektor pertanian akan
tetap penting dalam perekonomian serta
tetap berperan dalam
pembangunan nasional. Keterkaitan
yang erat antara
pertanian dan industri serta jasa senantiasa menuntut
berkembangnya kebijaksanaan pembangunan pertanian yang
dinamis sejalan dengan
transformasi perekonomian yang
sedang terjadi.
2.2.
Faktor faktor Penting
dalam Peningkatan Kemampuan
·
Ekonomi
Hal hal
khusus yang perlu
diperhatikan dalam peningkatan pembangunan ekonomi pada sektor
pertanian adalah masih lemahnya beberapa
aspek pembangunan yang
erat dengan penurunan
biaya produksi dan keuntungan komparatif negara (Birgman, 2000)2 antara 2David
Bergman, 2002. Globalization and the Developing Countries. Emerging Strategis
for Laporan Akhir 8 lain sebagai berikut:
a.
Akses pada pasar.
Pasar merupakan institusi
yang sangat diperlukan dala pembangunan
pertanian. Dalam konteks ini bukan hanya jarak geografi, namun juga komponen
yang menyusun biaya transportasi termasuk di darat, dan biaya biaya lain yang
termasuk di dalamnya. Akses
pada pasar sering
kali menghambat petani
di daerah terpencil mendapatkan
benefit dari produk
usaha taninya. Sarana prasana
yang terbatas pada
suatu daerah menyebabkan suatu daerah
menjadi terisolasi dan
pada akhirnya menjadikan wilayah tertinggal dan miskin.
b.
Akses pada Teknologi
Maju. Rendahnya
produktivitas tenaga kerja
karena rendahnya mutu sumber
daya manusia, menghalangi negara negara
berkembang mengambil keuntungan
melimpahnya tenaga kerja dan
rendahnya biaya tenaga
kerja. Demikian pula, kondisi tersebut akan menghambat laju
inovasi teknologi. Di sektor pertanian, penggunaan teknologi tradisonal,
varietas tradisional dan cara `cara manajemen
usaha tani yang
berproduksi rendah
menyebabkan petani hanya
mampu memberikan penghasilan rendah atau sulit memasarkan di
pasar lokal dan tidak akan mampu melakukan
ekpor. Transfer teknologi
berproduksi tinggi kepada mereka akan mampu mempercepat dan
meningkatkan produktivitas usaha
tani dari subsisten
menjadi surplus dan
bahkan menuju kepada ekspor jika
ditunjang dengan manajemen sistem dan usaha tani yang tepat.
c. Stabilitas Politik dan Ekonomi.
Setiap usaha pembangunan yang berkelanjutan memerlukan
stabilitas Politik dan
ekonomi sebagai jaminan berjalannya
proses pembangunan. Pengalaman
selama kurun waktu 7
tahun sejak 1998
memberikan pembelajaran yang mahal
kepada bangsa Indonesia.
Krisis demi krisis
membawa dampak yang memperluas ketidak pastian ekononomi. Krisis Politik
membawa dampak kepada
krisis ekonomi, dan
pada akhirnya meluas pada krisis
kepercayaan. Pemulihan kepada strabilitas tidak hanya memakan
waktu lama (
sampai sekarang) tetapi
juga memakan biaya ekonomi
yang sangat tinggi.
Konflik yang berkepanjangan juga
menjadikan Indonesia menjadi
wilayah yang tidak menarik untuk
menarik investasi asing.
d. intervensi
Pemerintah. Pada masa reformasi
peran pemerintah
semakin dikurangi
dari peran yang
mengatur dan mengarahkan, manjadi peran
untuk memfasilitasi. Peran
masyarakat (termasuk Rural Development and Poverty Alleviation. CABI
Publising. ISNA Laporan Akhir 9
swasta, LSM) menjadi
sangat dominan dalam
pembangunan. Namun demikian peran
sebagai fasilitator tidak
serta merta melepaskan semua
urusan kepada masyarakat
dalam pembangunan. Hal hal
yang sifatnya sangat
strategis dan merupakan
kepentingan publik tetap
menjadi kewajiban
pemerintah. Penyuluhan pertanian,
pembangunan sarana dan prasarana pertanian, dan percepatan
pembangunan untuk daerah daerah
yang tertinggal, atau
pilot pembangunan yang
sifatnya trigermasih perlu mendapatkan porsi bantuan pemerintah.Hal hal
diatas juga merupakan faktor pemicu atau mempercepat proses mekanisasi
pertanian. Seperti dikemukakan
oleh Handaka dalam proses inovasi
mekanisasi pertanian berkelanjutan ( 2003)3dan Sistem Manajemen Mekanisasi
Pertanian ( 2004).
lll PEMBAHASAN
3.1. PENGERTIAN
MEKANISASI PERTANIAN
Mekanisasi
pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang. Mekanisasi pertanian
diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat
mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis
tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh
tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber
energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi
penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan
operasi di dalam produksi pertanian(Robbins,2005).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Dan digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian (Mugniesyah, 2006).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas
bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan
produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin
pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas,
produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman
dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi
pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam
pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan
teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang
disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya
dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian
baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka (Hamiltondkk,1996).Suatu
hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam pengembangan
teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya dukungan
prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara baik, sehingga
masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian
(Robbins,2005). Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang
meliputi irigasi dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah
pertanian, dan masih banyak lagi aspek lainnya yang belum disentuh secara
sungguh-sungguh danprofesional.Relevansinya dengan hal tersebut, beberapa hal
penting yang harus dilaksanakan antara lain adalah merencanakan atau
memperbaiki kondisi lahan (konsolidasi lahan). Selain itu juga mendatangkan dan
mengupayakan agar prasarana dan sarana pertanian sampai dan tersedia di
lapangan tepat waktu sehingga dapat mengakselerasi pencapaian visi dan misi
pertanian modern (Anonim,2011).Pengembangan teknologi pertanian diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita umumnya dan petani
khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika teknologi pertanian yang cocok tersebut
telah berhasil dikembangkan dan diterapkan di negara kita, maka ketahanan
pangan atau swasembada pangan pasti akan tercapai sehingga kemandirian dalam
hal ekonomi dan politik dapat kita wujudkan (Siahan,2001).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas
bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan
produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin
pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas,
produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman
dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi
pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam
pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan
teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang
disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda halnya
dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian
baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka.
3.2. PERANAN
MEKANISASI PERTANIAN
1. Mempertinggi efisiensi tenaga
manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup
petani
3. Menjamin kenaikan kuantitas dan
kualitas serta kapasitas produksi pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari
tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga(subsistence farming) menjadi
tipe pertanian perusahaan (commercial farming)
5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi
Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri.
3.3. KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN MEKANISASI PERTANIAN
Sumbangan
alat dan mesin pertanian dalam pembangunan pertanian dapat diukur pada berbagai
kasus, misalnya penggunaan pompa ai tanah di Jawa Timur yang mampu merubah pola
tanam dari padi-bero menjadi padi - padi atau padi – palawija. Demikian pula
penggunaan mesin perontok padi yang menurunkan susut panen dari > 5% menjadi
kurang dari 2%. Penelitian terhadap perbaikan dan penyempurnaan mesin
penggilingan padi mampu menaikkan rendemen giling cukup.
Adapun
beberapa keunggulan dari mekanisasi pertanian yaitu :
1. Meningkatkan
produksi per satuan luas dengan adanya alat-alat mekanis yang canggih yang
telah di gunakan oleh para petani
2. Dengan
meningkatnya hasil produksi maka pendapatan para petani juga otomatis akan
meningkat
3. Dapat
meningkatkan efektifitas, produktivitas, kuantitas dan kualitas hasil pertanian
4. Teknologi
pasca panen mampu memberikan dukungan untuk mempertahankan mutu pada penanganan
segar, meningkatkan nilai tambah pada hasil produksi dengan proses pengolahan
yang benar dan tepat, tanpa memperngaruhi rasa dan aroma.
5. Dapat
meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja ( tidak terlalu membutuhkan
banyak Sumber Daya Manusia)
6. Menghemat
energi dan sumber daya ( benih, pupuk, dan air)
7. Dapat
meminimalisir faktor-faktor penyebab kegagalan dalam produksi
8. Meningkatkan
luas lahan yang di tanami dan menghemat waktu karena dengan menggunakan
alat-alat mekanis pengolahan lahan yang luas dapat dengan cepat terselesaikan
dan juga pekerjaan para petani akan lebih terasa ringan.
9. Menjaga
kelestarian lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan, serta
10. Meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani
Disamping
banyaknya keunggulan dari mekanisasi di atas, terdapat juga beberapa kelemahan
dari mekanisasi pertanian, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Tidak
dapat dipungkiri bahwa mekanisai pertanian dapat menggeser tenaga kerja manusia
dan memberikan dampak negative terhadap pemerataan pendapatan.
2. Membutuhkan
biaya yang tinggi dalam pengadaan dan perawatan alat-alat mekanis tersebut
3. Sebagian
alat-alat tersebut memerlukan arus listrik dalam penggunaannya, jadi tidak
semua alat dapat digunakan di sembarang tempat, seperti tempat yang tidak
terdapat sumber arus listrik.
4. Dapat
memperbanyak pengangguran karena pada
dasarnya semua kegiatan pertanian telah banyak menggunakan alat-alat mekanis
yang tidak memerlukan SDM yang banyak.
IV. PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan
penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan
operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis
alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar,
motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian FakultasMekanisasi dan
Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Mugniesyah.
2006. Mesin Peralatan. Departement Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara
Sukirno,
MS.1999. Mekanisasi Pertanian.Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian dan
Pengelolaannya. Diklat Kuliah. UGM, Yogyakarta.
Wijanto.
2002. Mesin dan Peralatan Usaha Tani.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar